29/07/13

SOTR, Ajang Cari Pahala atau Cari Nama?

Mau nulis tentang pelaksanaan #SOTR tahun ini dan beberapa tahun belakangan ah. dipandang dari sudut pengguna jalan umum. Karena untuk beberapa tahun belakangan, termasuk tahun ini, saya tidak ikut lagi dengan kegiatan #SOTR.

Karena semakin kesini, saya sendiri melihat dan berfikir #SOTR tujuannya udah menyimpang dari tujuan yang utama. #SOTR sendiri seharusnya adalah melakukan ibadah sahur di jalan & jika punya rejeki berlebih, bisa sekalian berbagi dgn pengemis di jalan. Namun belakangan, yang terlihat adalah salahnya sasaran pemberian sekaligus cara melaksanakan #SOTR -nya sendiri.

1. Pelaksanaan di Jalan

Yang pertama, bisa dilihat dari kebanyakan grup pelaksana #SOTR, saya kurang tahu bagi yg diluar JKT, tapi utk di JKT sendiri, mbeuh.. LIAR!

Liar bagaimana? liar disini adalah mereka berbondong turun kejalan di waktu istirahat, memakai atribut, membawa bendera, duduk di tengah jalan, coret-coret tembok, membuat kebisingan, buka kap/pintu mobil, yang akhirnya dapat menyebabkan kemacetan dan mengganggu individu lain yang ingin lewat jalan situ.

Bukannya mencoba untuk selalu melawan mainstream, namun dari deskripsi di atas, sudah jelas bahwa jika pelaksanaan #SOTR terus begini, mau di kata apa sama orang yang beragama lain. Apa bedanya kamu yang biasa mencaci ormas-ormas lewat jejaring sosial dengan ormas itu sendiri ketika kamu dan komunitas-mu berada di jalan? Kelakuan tidak beda jauh.

Kesan buruk akan timbul ketika kelakuan buruk jua menyertai kegiatanmu, begitu juga sebaliknya.

2. Target Berbagi

Selain menciptakan kenyamanan dalam melakukan kegiatan #SOTR, kita seharusnya bisa berfikir dengan tajam target yang tepat selama kegiatan berbagi. Berbagi dalam #SOTR bisa dilakukan dengan tidak hanya memberi makanan. Kebutuhan hidup lain juga tidak apa-apa dan bahkan bisa lebih bermanfaat.

Biasanya, komunitas-komunitas penggiat #SOTR berseragam memberi makanan (dalam bentuk box) kepada para pengemis di pinggir jalan. Sekali lagi, saya tidak tahu dengan yang pelaksanaan di luar Jakarta, namun untuk di tengah kota sendiri, saya pikir lebih banyak pelaksana #SOTR -nya di banding pengemisnya.

Kamu mungkin mulai kesal dengan pernyataan saya, namun ini-lah yang memang terjadi. 

Coba kamu pikirkan hitungan gampangnya, jika 1 komunitas membawa 100 box nasi, dan di tengah kota bisa 10-30 komunitas atau bahkan bisa lebih pada malam sabtu dan minggu. Ini berarti jika diakumulasikan, dalam satu malam bisa terdapat 100-300 box nasi. Sedangkan fokus pembagian hanya terfokus di beberapa titik di ibukota. Hal seperti ini bisa berujung kepada terbuangnya nasi karena berlebih. Saya mungkin berdosa mengatakan ini, namun para pengemis yang mendapatkan nasi adalah mereka yang biasa-nya tidak mengemis atau bahkan beberapa diantaranya adalah anak muda!!

Pernah mendengar atau membaca bahwa ada beberapa kalangan pengemis yang memiliki pendapatan perbulan lebih dari karyawan HRD di beberapa kantor? jika belum, kamu harus memperluas pengetahuanmu, coba googling atau tanya teman.

Mulai sekarang jika kamu baca ini dan setuju, cobalah pintar dalam menentukan target berbagi. Tidak perlu fokus di tengah kota yang sudah penuh dengan komunitas lain. Tujuan utama kamu adalah berbagi bukan? dan berbagi tidak harus kelihatan sama komunitas lain kan? tidak perlu coret-coret tembok-kan? tidak perlu bawa bendera kan? tidak perlu duduk-duduk di tengah jalan kan?

Saran dari saya, dalam berbagi kamu bisa mengikuti beberapa hal berikut:

  1. Jika berbagi saat melaksanakan #SOTR , coba berikan kepada mereka yang berada di pinggir kota, yang sedang tertidur, bukan yang sedang mengantri. 
  2. Berikan kepada mereka, para pekerja malam seperti tukang sapu jalan, tukang sampah, dll. Walau bukan pengemis, tunjukan rasa salut kamu kepada mereka yang sudah tua dan tetap bekerja.
  3. Jangan berikan kepada anak muda yang masih sehat, walau kumel dan kotor, mereka masih bisa bekerja. Paksa mereka untuk bergerak!
  4. Selain #SOTR, kamu bisa melaksanakan acara lain. Target berbagi-pun lebih tepat. Yaitu dengan cara membuat acara buka bersama/sahur bersama para anak yatim dan target-target tepat yang telah saya sebutkan di butir-butir sebelumnya.
3. Kesimpulan

Saya menulis ini bukan untuk melarang kamu melakukan kegiatan #SOTR , melainkan memaksa kamu untuk lebih pintar dalam melaksanakannya. Ciptakan kenyataan dan kesan yang indah untuk dinikmati saudara se-agama dan juga saudara yang berbeda agama.

Pintar beroperasi dan pintar menentukan target, setelah itu lebaran-pun bisa disambut dengan sehat. Amin.